Selasa, 13 Juli 2010

tentang piala dunia 2010 part 2

DIBALIK KEGAGALAN THE THREE LIONS



Laga klasik piala dunia antara tim panser jerman versus the three lions inggris ternyata berakhir anti klimaks bagi tim inggris, diluar dugaan the union jack menyerah dengan skor telak 1-4. Sebuah pukulan yang menyakitkan bagi masyarakat negara yang sering mengklaim dirinya sebagai negara asal sepak bola, tidak hanya karena menganggap liga domestic mereka, liga premier adalah liga terbaik di dunia, tetapi lebih dari itu bahwa kegagalan kali ini menepis anggapan bahwa pemain yang menhuni skuad inggri di piala dunia kali ini merupakan generasi emas sepakbola inggris dalam satu decade terakhir. Kegagalan pada piala dunia kali ini juga mengubur kesempatan skuad generasi emas tersebut untuk berlaga pada piala dunia berikutnya, mengingat mayoritas pilar timnas inngris seperti frank lampard, steven gerrard, john terry, dan rio ferdinand berusia 30 tahunan, itu berarti empat tahun lagi, karena factor usia kemungkinan besar mereka tidak bisa lagi memperkuat tim nasional, bahkan untuk sector penjaga gawang mereka masih mengandalkan seorang david james yang notabene sudah berusia 39 tahun. Beragam pendapat pun mengalir deras mengomentari kegagalan timnas inggris di piala dunia 2010 afrika selatan kali ini, para pengamat di negeri ratu ellizabeth menyalahkan taktik dan strategi yang diterapkan capello ketika menghadapi jerman pada laga babak 16 besar tersebut, lain lagi yang menurut para pelatih yang berlaga di liga premier, mereka menyalahkan capello terkait tidak dipanggilnya beberapa nama pemain yang mereka anggap layak untuk menghuni skuad tim the three lions tersebut.



Mungkin semua pendapat yang disampaikan para penggila bola di tanah inggris tersebut ada benarnya, tetapi terlepas dari itu semua ada beberapa hal yang patut kita cermati bersama tentang beberapa hal terkait dengan kegagalan timnas inggris tersebut. Antara lain :


Ø Factor capello


Kita semua tahu bahwa Fabio capello adalah seorang pelatih bertangan dingin yang selalu sukses membawa tim yang diasuhnya merebut gelar juara, hal itu sudah dibuktikannya ketika sukses menukangi klub-klub seperti ac Milan, real Madrid, as roma, dan juventus. Rekor mentereng itulah yang memikat hati para petinggi FA (PSSInya inggris) untuk memilih capello untuk melatih timnas inggris menggantikan steve mcclaren yang gagal membawa inggris lolos ke piala eropa 2008 di Austria dan swiss. Tetapi mungkin ada yang dilupakan oleh para petinggi FA tersebut, bahwa catatan manis karir kepelatihan capello tersebut hanyalah terjadi di level klub, sementara untuk level timnas, jangankan untuk prestasi, pengalaman melatih tim nasional sebuah negara pun baru dia belum dia dapatkan, melatih inggris menjadi debutnya dalam menangani sebuah tim nasional. Itu berarti capello tidak memiliki dasar menangani tim nasional pada sebuah ajang sepakbola akbar sekelas piala dunia, jangan dilupakan pula bahwa tekanan yang dihadapi ketika menangani klub dan tim nasional tentu juga sangat berbeda. Boleh dibilang untuk level tim nasional capello bisa dikatakan masih hijau, kalah jauh dengan nama-nama seperti carlos alberto pareirrra, Marcello bielsa, sven gorran Eriksson, dan nama-namanya lainnya.


Ø Factor pemain


Tidak bisa dibantah memang bahwa liga premier inggris memang liga terbaik didunia saat ini, itu terbukti dari banyaknya pemain dari berbagai negara dari belahan bumi ini menjajal kemampuannya. Saking banyaknya pemain asing yang berlaga di liga premier inggris sampai-sampai potensi dan kemampuan para pemain local tidak dapat terakomodir dengan baik di tim-tim yang berlaga di liga premier inggris tersebut. Arsenal, salah satu tim besar di liga premier inggris bahkan tidak memasang pemain asli inggris dalam starting line upnya pada setiap pertandingan, pemain asli inggris seperti theo Walcott hanyalah menjadi langganan setia bangku cadangan, padahal Walcott dianggap sebagai generasi emas sepakbola inggris setelah era Michael owen dan wayne rooney. Hal itulah yang menyebabkan pelatih timnas inggris Fabio capello sulit untuk menentukan para pemain yang akan dibawanya ke afrika selatan, capello mengkritik kebijakan klub-klub di liga inggris yang kurang memberikan kesempatan kepada para pemain asli inggris, terutama para pemain muda untuk bertanding. Akibatnya jelas, para pemain yang menghuni skuad inggris selalu saja di isi muka-muka lama yang permainannya sudah sangat dikenal oleh tim-tim lawan. Hal itu terbukti ketika seorang wayne rooney yang ketika berlaga di liga premier inggris membela Manchester united sangat ditakuti oleh para kiper dan bek-bek yang menjadi lawannya, tidak bisa berbuat banyak ketika berlaga di afrika selatan. Dari seluruh partai yang dijalani oleh timnas inggris di piala dunia kali ini, rooney tidak bisa mencetak gol barang satu pun, rooney juga bahkan tidak mampu menolong inggris dari kekalahan memalukan oleh tim panser jerman. Permainan rooney sudah sangat dikenal oleh para bek lawan karena hampir sebagian besar bek-bek tersebut berlaga di liga premier


Ø Factor taktik dan strategi


Inggris sejak dulu dikenal sebagai sebuah tim yang menerapkan strategi kick and rush, tendang dan berlari. Tetapi pola tersebut berubah ketika inggris ditangani oleh pelatih asing seperti sven gorran Eriksson dan Fabio capello. Kedua pelatih tersebut memberi warna baru pada permainan tim nasional inggris dengan lebih banyak memainkan taktik penguasaan bola yang dipadukan dengan kecepatan para pemainnya. Pada piala dunia kali ini capello lebih banyak menggunakan pola 4-4-2 dengan menempatkan jhon terry dan ledley king atau matthew upson di sentral pertahanan, dibantu oleh Ashley cole dan glen jhonsohn pada posisi bek kiri dan bek kanan. Untuk lapangan tengah capello memilih duet frank lampard dan gareth barry dan joe cole serta sang kapten steven gerrard di sisi kanan dan kiri lapanngan tengah inggris. Sedangkan untuk posisi penyerang diserahkan kepada wayne rooney dan emile heskey. Sebuah susunan pemain yang dianggap terbaik dan mungkin bisa membuat gentar tim-tim lawan. Pada prakteknya dilapangan motor serangan inggris bertumpu pada seorang frank lampard dibantu oleh steven gerrard, sedangkan gareth barry lebih diposisikan sebagai penyeimbang permainan sekaligus pemutus serangan lawan dari lapangan tengah. Wayne rooney sendiri akan diposisikan sebagai target man sekaligus goal getter bagi inggris di topang oleh emile heskey yang akan berperan sebagai pembuka ruang dan tembok pantul bola-bola atas karena posturnya yang tinggi besar. Tetapi formasi yang dianggap terbaik tersebut bukannya tanpa masalah, banyak kalangan menilai bahwa frank lampard dan steven gerrard tidak bisa dimainkan secara bersama-sama mengingat kesamaan peran keduanya di klub masing-masing. Dikhawatirkan terjadi tumpang tindih peran mengenai siapa yang menjadi pemegang bola dan pengumpan dilapangan, penampilan keduanya secara bersamaan akan membuat penampilan mereka dilapangan menjadi kurang maksimal, seringkali terjadi kekikukkan ketika salah satu dari keduanyan sedang menguasai bola, apakah akan diumpan atau di oper kembali kepada pemain lainnya. Lini depan inggris pun juga tidak luput dari masalah, kontroversi pemilihan emile heskey ke timnas sekaligus juga mengisi line up pemain mengundang pertanyaan banyak pengamat mengingat performanya di klubnya, yaitu Aston villa tidak stabil, heskey bahkan menjadi cadangan ketiga bagi Gabriel agbhonlahor dan john carew di Aston villa, torehan golnya pun sangat minim, sebuah indicator yang digunakan pelatih ketika memilih penyerangnya. Tetapi capello berdalih bahwa heskey diposisikan sebagai pengumpan dan bukan sebagai target man, jadi tidaklah menjadi masalah ketika torehan gol heskey sangat minim, heskey ditugaskan untuk membuka ruang dan menarik bek-bek lawan agar rooney punya kesempatan untuk mencetak gol. Tetapi capello lupa bahwa jika seorang wayne rooney dimatikan pergerakannya, maka heskey tidak bisa diharapkan kontribusinya. Kesalahan capello adalah dia tidak memberikan kesempatan kepada penyerang lain semisal penyerang asal klub sunderland, Darren bent untuk berpasangan dengan rooney di lini depan inggris, bent, selain bisa sebagai pembuka ruang bagi rekannya, dia juga bisa seorang pencetak gol yang ulung, hal itu terbukti dengan raihan golnya di lga premier inggrris musim 2009/2010 yang mencapai 24 gol dalam 1 musim, hanya terpaut 2 gol dari rooney yang mencetak 26 gol di musim yang sama. Capello terlalu bertumpu dan bergantung pada ketajaman seorang wayne rooney tanpa memikirkan solusi jika rooney sedang off fire. Memang masih ada jermain defoe dan peter crouch di bangku cadangan inggris, tetapi penampilan keduanya masih kurang meyakinkan untuk level sekelas piala dunia. Tetapi sebagai seorang pelatih, Fabio capello berhak untuk memainkan pemain yang disukainya dan memasang taktik dan strategi yang dianggapnya cocok dengan lawan yang akan dihadapinya. Capello tentunya sadar akan segala resiko yang akan timbul terkait dengan pilihannya tersebut. Oleh karena itu suka atau tidak suka, mau tidak mau kita harus menghargai dan menghormati keputusan dari Fabio capello terlepas dari apa pun hasil yang didapatkan.


Ø Factor non teknis


Seringkali kegagalan timnas inggris lebih disebabkan oleh factor –faktor non teknis yang menghinggapi mereka. Tekanan yang sangat tinggi ditambah dengan pemberitaan dari media-media inggris yang memang sangat tajam ketika mengkritik sesuatu menjadi sebuah hal yang mental para pemain menjadi tertekan. Contoh kasusnya adalah ketika perselingkuhan john terry dengan seorang wanita bernama Vanessa perroncel yang notabene adalah mantan kekasih dari wayne bridge, rekannya di timnas inggris berhasil terungkap ke publik dan menjadi sorotan media-media inggris. Tekanan media-media inggris yang bertubi-tubi menjadi salah satu alasan Fabio capello ketika mencopot ban kapten dari tangan john terry dan memberikannya kepada rio Ferdinand. Capello dan media-media di inggris khawatir bahwa terry tidak bisa menanggung beban mental yang berat sebagai seorang kapten setelah adanya pemberitaan negative tersebut. Terry juga dianggap tidak mencerminkan wibawa dan kehormatan seorang kapten timnas inggris. Tetapi terry berhasil mengatasi masalh pribadinya dan mematahkan anggapan media-media inggris bahwa dia akan mengalami masalah mental dan kepemimpinan, hal itu dibuktikanya dengan membawa klubnya Chelsea sukses merengkuh gelar double winner sebagai juara liga premier dan juara piala FA. Kasus pemain lain yang menganggu persiapan timnas inggris adalah kasus perceraian yang menimpa Ashley cole dengan artis penyanyi Cheryl tweedy serta kasus pemukulan yang melibatkan steven gerrard. Cole, sama seperti terry dikhawatirkan mengalami masalah pada mentalnya akibat kasus perceraian tersebut sehingga dapat menganggu penampilannya dilapangan, sedangkan untuk gerrard, jika dia terbukti bersalah pada kasus pemukulan tersebut, maka bisa dipastikan dia tidak akan bisa memperkuat inggris pada ajang piala dunia 2010 ini. Entah kenapa pers diinggris sana terlalu sering mencampuri urusan pribadi para pemain, mereka tidak menyadari bahwa pemberitaan yang mereka buat dapat mempengaruhi mental pemain dan mengganggu keutuhan tim secara keseluruhan, pers di inggris tampaknya harus lebih banyak menghargai kehidupan pribadi dan privasi setiap orang.



Kegagalan, apa pun itu bentuknya memang menjadi sebuah hal yang menyakitkan, tetapi yang paling penting dari itu semua adalah bagaimana mampu bangkit dari kegagalan tersebut. Seperti kata pepatah “kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda”. Mari jadikan kegagalan sebagai awal dari sebuah keberhasilan yang akan diraih. Terkait timnas inggris semoga kegagalan pada piala dunia kali ini menjadi sebuah evaluasi dan instropeksi bagi semua pihak terutama bagi sorang Fabio capello agar bisa membangun timnas inggris yan lebih baik karena ajang sepak bola besar lainnya yaitu piala eropa 2012 siap menanti.


Jakarta, 8 juli 2010

01.55 am

Tidak ada komentar:

Posting Komentar